Tak lepas dari perjalanan pemahaman tentang arsitektur, belajar dari sang maestro bangunan. Tentang arti pentingnya sebuah karya. Ke-idealisme menjadi takaran wajib dalam menuangkan ide yang ideal dalam karya yang telah dibuat. Karya seperti layaknya anak manusia, direncanakan, diharapkan kelahiranya, diberi nama, disayang, diberi pembelajaran, diasuh tumbuh, hingga menjadikan sejuta cerita dalam pengalaman. Karya tak lepas dari arsitek yang melahirkanya, selalu dibawa. Seperti yang biasa dibilang, rumah itu arsiteknya siapa?, rumah ini arsiteknya ini, rumah itu arsiteknya itu. Nama arsitek selalu melekat dalam tiap karyanya….( Iya kalau orang lain merasakan yang baik-baik dan dia kagum, kalau yang dirasakan sebaliknya… begitu menyakitkan hati)
Dari pemikiran itu, jadi ingin lebih mengkaryakan hasil karya arsitektur, biar ga malu terhadap karya yang telah di buat, mulai hati-hati dalam merencanakan, karena disini bukan satu dua tahun untuk ditinggali, masih ingat kata bijak adi purnomo: yang intinya “karya yang berhasil adalah karya yang tidak dirubah oleh penghuninya”.
Ber-eksperimen bukan karya coba-coba atau mal praktek melainkan mencoba dalam proses awal sampai mendekati akhir untuk menemukan karya yang membuat saya jadi “puas” dan pemilik pun juga “puas”. Perbedaan kepuasan antara saya dan pemilik menjadi tantangan saya dalam berkarya. Sampai saat ini ada sekitar 20an pemikiran eksperimen tak menutup kemungkinan menjadi banyak eksperimen seperti yang Edwin nafarin katakan tiap waktu inspirasi selalu datang, yang salah satunya adalah eksperimen rumah bayangan, dan masih ada eksperimen lainya. Media rumah menjadi media yang paling cocok untuk bereksperimen karena lingkupnya ga terlalu luas. Sambil menunggu waktu dan menunggu klien yang bisa mewujudkan keinginan ber-eksperimen saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar