28.12.09

sayembara situ gintung



3 besar sayembara situ gintung keputusan pemenang sebagai berikut :

1. Pemenang Pertama, peserta No. 30 : Ignatius Susiadi W dan tim

2. Pemenang Kedua, peserta No. 43 : Deka Watchson Sagala dan tim

3. Pemenang Ketiga, peserta No. 11 : Laksana Eka Semarajana Putra dan tim.

archiguna membantu julio architect & partner (JAP) dalam sayembara situ gintung sebagai 10 nominasi karya sayembara.

automatic car wash



18.12.09

museum and gallery







MENUJU ARSITEKTUR INDONESIA

Oleh:Ir. Eko Budihardjo, M.Sc

“The present situation of architecture is confused and puzzling. From the client we hear constant complaints about the architects’ lack of ability to statisfy him, from a practical as well as as from an aesthetical and economical point of view.
The authoritises give us to understand that it is often doubtful whether the architects are cualified to solve the problems whict society poses.
And the architects them selves disagree on issues so fundamental that their discussion must be interpreted as an expresson of groping uncertainty.

(Schulz, “intentions in architecture”, 1977)

PENGANTAR
Penemuan kembali identitas , dalam area yang penuh konflik, perubahan, dan kekacauan ini, rupa-rupanya semakin kita perlu dambakan baik sebagai individu maupun selaku warga dari suatu bangsa yang mengaku berbudaya tinggi.
Masalahnya, ada yang bilang masyarakat kita saat ini sedang menderita amnesia kultural.
Kesadaran budayanya hilang sehingga orang-orang bingung. Persis bingungnya orang-kaya-baru yang ingin menunjukan statusnya dengan memamerkan rumah pribadi ala istana orang putih. Lupa kalau kulitnya sendiri coklat atau hitam.
Timbulah kemudian apa yang dinamakan “archotectural gossip”. Kesemrawutan lingkungan buatan ditimpakan kepada para arsitek. Seolah kelompok arsiteklah yang paling pantas untuk dituding dengan menjamurnya bangunan bergaya moorish, dengan kolom dorik / lonik/ korintian, atau bangunan semacam kapsul ruang angkasa dan lain lain yang tidak ada silsilahnya di bumi indonesia. Padahal, beberapa persen sesungguhnya yang betul-betul terjamah oleh tangan arsitek profesional ?
Mengingat bahwa arsitektur adalah cermin masyarakat pendukungnya, arsitek bisa berkelit dengan dalih bahwa lingkungan fisik yang porak-poranda memang sudah secara benar, wajar, dan jujur menjadi resonansi dari sikon masyarakat kita saat ini. Dengan kata lain, bukan arsitek semata-mata yang harus dipersalahkan dan dikorbankan jadi kambing hitam melainkan masyarakat dengan seluruh sistem, tatanan, dan kelembagaanya.
Namun demikian para arsitek toh harus mawas diri juga. Dengan demikian kekwuatiran dan keprihatinan dari kelompok masyarakat yang masih sadar diri dan peka lingkungan tak hanya tinggal sebagai fakta melainkan sekaligus harapan.
Kita perlu berhenti sejenak dan menoleh kebelakang mengamati apa yang telah kita perbuat.
APA SALAH ARSITEK ?
Ternyata, kalau kita mau jujur sedikit saja para arsitek cukup banyak juga salahnya. Tak sedikit diantaranya yang terlalu terpukaudengan inovasi dan teknologi maju yang diagungkan sebagai cerminan modernitas. Estetika dilihat sekedar falsafah, tidak sebagai sesuatu yang bermakna lagi masyarakat sendiri.
Penekanan lebih condong pada struktur dan fungsi, sedangkan fiksi insitektural dan intrikasi visual, seperti yang biasa kita temui pada bangunan tradisional hanya dipandang dengan sebelah mata. Hasilnya : bangunan yang miskin dengan citra, kering-emosi asing dengan tapak tempatnya berdiri. Seolah jatuh begitu saja dari negeri anatah berantah.
Barangkali ada benarnya tudingan brolin “the vailure of modern architecture”, (studio vista, 1976) bahwa arsitek berlomba-lomba menciptakan monumen untuk dirinya sendiri, tanpa ambil memang, prosentase lingkungan buatan yang terjamah arsitek profesional mungkin tidak lebih dari 20%, tetapi angka yang sedikit itu memiliki pengaruh penangkaran yang besar sekali. Sebab suatu karya arsitektur, apalagi yang dirancang oleh arsitek terpandang akan merupakan suatu model. Lain dengan karya seni lukis misalnya. Seorang pelukis pelonco pun akan malu meniru lukisan picasso sedangkan suatu karya arsitektur yang mencuat akan banyak sekali kemungkinanya dijiplak (dengan beberapa modifikasi dan ‘peningkatanya’) tanpa si penjiplak merasa bersalah. Dalam bukunya ”transfomation in modern architecture” (secker dan warbour, 1980), dressler mengatakan bahwa : “ modern architecture tends to develop by procces of egration”. Jadi setiap hasil karya arsitek dapat membuka atau menutup peluang utnuk perkembangan arsitektur selanjutnya.
Faktor manusia sering pula diabaikan. Keberhasilan maupun kegagalan dari suatu karya arsitektur lebih banyak dinilai dari segi fisik dan visual daripada kaitanya dengan kekhasan dan perilaku manusia yang menggunakanya.
Waktu romo mangunwijaya dikritik oleh seorang arsitek muda bahwa gereja yang dirancangnya di klaten lebih mirip “ art gallery” daripada bangunan tempat ibadah dengan arif dijawabnya lewat pertanyaan “ pernahkah anda melihat gereja tersebut pada saat terisi umat manusia?
REGIONA LISME ARSITEKTUR TRADISIONAL
Tuntutan akan ‘makna’ (meaning) dari arsitektur kini semakin meningkat.
Ini merupakan tantangan bagi kita, merangsang kita untuk menggali sumber-sumber ya ng selama ini masih banyak yang terpendam. Salah satu sumber yang tak pernah kering adalah arsitektur tradisional yang masih kita miliki (sering juga disebut sebagai folk architecture, community architecture atau non pdeigreed architecture)
Kalau “sukulisme” di negeri kita berkonotasi negatib sebagai salah satu komponen SARA, maka regionalisme ‘dari arsitektur tradisional merupakan salah satu jalan keluar dari kemelut yang telah menimpa arsitetur modern gaya internationalyang telah dinyatakan meninggal beberapa waktu yang silam .
Napas dan jiwa arsitektur tradisional perlu ditangkap dan dijewantahkan kembali ke dalam wadah yang baru .tetpi kita harus hati-hati.
“if we are to use the physi cal rema ens of the past as a fund of ex perience for the future ,it is essential that we under stand precisely whet they have to tell use” .
(martin bidle :conservation as”cultural survival”.1978)
Kekeerdilan penalaran kognitifdan kemiskinan penghayatan afektif atas nafas dan jiwa yang melambari arsitek tradisional selama ini telah mengakibatkan munculnya banguna-bangunan yang berpupur dan bedak tradisional ya,kormetiknya saja yang di ambil bukan sari dari totalitas jiwa raganya.
Komponen fisik dan wajahnya dipakai,tetapi falsafah tata nilai, lambang-lambang dan pemaknaan sosial dari benda benda (yang semuanya itu tidak kasat mata), terabaikan. Sebagai contoh : bangunan-bangunan beratap joglo (padahal laingit-langit ruang dalamnya rendah dan datar) atau bangunan berbentuk pendopo (padahal ruangnya dikelilingi rapat dengan tembok dan kaca) atau patung dan ukiran dekoratif yang dipajang sekedar sebagai tempelan (padahal paturng dan ukiran itu memiliki peran, makna dan aturan sendiri-sendiri).
Jadi, kita harus waspada. Kepercayaan, dan bahkan bahasa banyak kaitanya dengan tata ruang dan bangunan pluralisme dari suku, region, dan cerminanya dalam bentuk fisik lingkungan kiranya perlu masuk cakupan konseravasi, agar dapat diselamatkan, dileluri dan ditingkatkan. Konsep “ universalisme” dari arsitektur modern harus mulai ditinggalkan agar khasanah arsitektur indonesia yang serba ragam dapat lestari. Epithet from follow function perlu dimodifikasi from follow culture.
ENDAPAN MASA LAMPAU
Arsitektur tradisional sebagai salah satu bentuk warisan budaya yang tak ternilai adalah merupakan pengendapan fenomena dari waktu ke waktu yang berlangsung secara runtut dan evolusioner. Kadang-kadang masyarakatdalam menerima berbagai pengaruh dan tekanan dari luar. Dalam hal inilah arsitek harus berperan aktif.
Konon pada saat masyarakat terbuai pada kejayaan masa lampau, arsitek malah melihat jauh kedepan. Sedangkan pada masyarakat ramai membicarakan masa mendatang. Arsitek justru berhenti melangkah dan menoleh kembali kemsa silam.
Sewajarnyalah demikian demikian.karena arsitektu berakar pada masa lampau, di rancang masa kini untuk kepentingan penggunaan masa depan.
Dengan demikian penghayatan atas pengendapan fenomena masa lampau merupakan kunci untuk membuka pintu keluar untuk ‘menuju arsitektur indonesia’.
Hanya saja masalahynya skarang, penelitian tentang arsitektur tradisional masih seperti ‘embrio’ sedang dilain pihak pengembangan dan perubahan berlangsung sangat cepat.
Perlombaan adu cepat antara “conservation vs, development” atau ”tradisi vs, modernisasi” berjalan berat sebelah.
Masalah tersebut di pergawat lagi dg berbagai masalah lain:
~belum membudidayakan tradisi apresiasi dan kritik arsitektur(baik terhadap kar ya lama maupun baru).
~penerbitan berkala arsitektur yg profesional (sbg wahana dialog antar arsitek) ataupun yang populer (sbg oskilator antara arsitek dan masyarakat) masih belum terbina dengan baik
~jarang, kalau tak boleh dikatakan tidak pernah ada eksbisi karya arsitek indonesia yang dinilai berhasil.
Uuntuk bisa betul-betul “menuju arsitektur indonesia”. segenap pihak harus ‘menggali kapak peperangan’ memerangi masalah-masalah tersebutdan ini merupakan perang yang akan makan

proposed Hotel Bengkulu


PERPUSTAKAAN SURAKARTA


mrs. gita house


23.11.09

Sayembara Situ Gintung

Bencana jebolnya tanggul Situ Gintung telah menyebabkan banyaknya korban meninggal dunia, dan ratusan rumah warga hanyut. Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum bermaksud menata ulang kawasan Situ Gintung khususnya pada zona terdampak bencana.

Salah satu kegiatan yang akan dilaksanakan adalah melakukan penataan kawasan saluran pembuangan, pembangunan Monumen Situ Gintung dan Situ Center.

Pelaksanaan gagasan kegiatan diatas dilakukan melalui sayembara dan bekerja sama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
SIFAT

1. Sayembara ini terbuka bagi WNI, perorangan/kelompok yang memiliki keahlian perancangan/desain kawasan/arsitektur/landscape
2. Peserta dpat perorangan atau kelompok (tim)
3. Dilangsungkan dalam 1 (satu) tahap yang langsung dipilih pemenangnya serta bersifat Rahasia

PENDAFTARAN

1. Peserta dikenakan biaya pendaftaran:
1. Anggota IAI (perorangan/ketua tim) - Rp. 150.000,- (Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah)
2. Non IAI (perorangan/ketua tim) Rp. 200.000,- (Dua Ratus Ribu Rupiah)
2. Pengambilan TOR/KAK dan formulir data identitas dapat mengunduh dari www.iai.or.id, www.pu.go.id, dan www.penataanruang.net
3. Batas waktu Pendaftaran Nomor Peserta melalui email paling lambat adalah 23 November 2009, pukul 24.00 wib.

JADWAL
Pengumuman Sayembara 07 November 2009
Pendaftaran 11 November - 1 Desember 2009
Penjelasan Sayembara 1 Desember 2009
Pemasukan Karya 16 Desember 2009
Penjurian 17 Desember 2009
Pengumuman 21 Desember 2009
JURI

1. Ir. Arya Abieta, IAI (arsitek praktisi)
2. Ir. Yori Antar, IAI (arsitek praktisi)
3. Ir. Nirwono Yoga, IALI (landskap praktisi)
4. Ir. Iman Sudradjat, MPM, IAP (Ditjen Penataan Ruang)
5. Ir. Joessair Lubis, CES (Ditjen Cipta Karya)


HADIAH
Pemenang I Rp. 30.000.000,- + sertifikat
Pemenang II Rp. 15.000.000,- + sertifikat
Pemenang III Rp. 10.000.000,- + sertifikat


INFORMASI

sayembaraiai@yahoo.com
www.iai.or.id
www.iai-banten.org
www.pu.go.id
www.penataanruang.net.id
http://iai.or.id/forum/index.php?topic=204.0
TERMS OF REFERENCE (TOR)

TOR dapat diunduh di sini.

Filename Filesize Date
lokasi sayembara.rar (152 downloads) 1.14 MB 2009-11-13

poster rev.jpg (4 downloads) 259.49 kB 2009-11-23

TOR revisi.doc (7 downloads) 238 kB 2009-11-23

9.11.09

sayembara desain rumah 2009

Tabloid RUMAH | Inspirasi Hidup Nyaman

Term of Reference (TOR) Sayembara Desain Rumah 2009

2009 October 21
by Billy Koesoemadinata

Berikut, Terms of Reference Sayembara Desain RUMAH 2009. Judul sayembara 2009, adalah “Mengolah Wajah Rumah”.

Term of Reference (TOR)

Sayembara Desain

Rumah 2009

“Mengolah Wajah Rumah”

LATAR BELAKANG

Saat ini hunian yang banyak dipasarkan adalah yang berada di dalam sebuah perumahan. Rumah-rumah yang sudah jadi dibuat berderet dengan model yang seragam. Tak perlu repot-repot memikirkan tata ruang dan desain rumah, calon penghuni cukup memboyong perabot dan langsung tinggal di rumah itu. Ini memang sangat praktis dalam pembangunan dan harga rumah pun dapat ditekan sehingga lebih terjangkau.

Namun, di sisi pemilik rumah, kadang muncul rasa kurang puas akibat rumahnya punya desain yang sama persis dengan para tetangga. Renovasi merupakan salah satu jalan keluarnya. Dan bagi rumah yang terletak di perumahan, tampak depan merupakan bagian yang paling potensial untuk diolah. Kanan dan kiri bangunan saling menempel dengan bangunan lainnya. Taman di belakang pun hanya bisa dinikmati dari dalam rumah. Tampak depan yang digubah dengan desain tersendiri menjadi identitas sang pemilik rumah sekaligus kebanggaannya.

Sebagai bagian yang paling terpapar, desain dari tampak depan sebuah rumah bukan sekadar mempercantik tampilan rumah, tetapi juga berfungsi sebagai pelindung rumah dari kondisi lingkungan sekitar yang kurang menguntungkan. Desain wajah rumah yang efektif adalah yang juga memperhatikan potensi alam sekitarnya. Bagaimana sebuah desain tampak depan rumah dapat mengurangi panas matahari, debu, polusi suara, namun sekaligus juga mendatangkan cahaya dan udara alami bagi rumah. Di sinilah pengolahan material memegang peranan penting.

Desain tampak muka yang indah sekaligus fungsional inilah yang diharapkan akan digali melalui Sayembara Desain Rumah 2009. Berbagai gagasan yang kreatif, fungsional, serta pengolahaan material bangunan secara inovatif semoga dapat menjadi inspirasi bagi pembaca dan masyarakat luas.

SYARAT DAN KETENTUAN

– Peserta adalah mahasiswa S1 jurusan Arsitektur yang masih terdaftar sebagai mahasiswa sampai Desember 2009.

– Peserta sayembara adalah perorangan (bukan kelompok atau tim).

– Gagasan desain adalah karya asli peserta dan belum pernah dipublikasikan dan diikutsertakan dalam lomba apapun.

– Karya yang masuk tidak akan dikembalikan dan penyelenggara berhak mempublikasikan karya tersebut.

PERMASALAHAN

Duduk bersantai di teras. Itulah dambaan Dino (35 th) dan Anita (34 th) dalam mengisi waktu luangnya di sore hari. Pasangan ini pun sudah dikaruniai seorang putra, Raka (3 th), yang sangat aktif. Raka senang berlari-lari di halaman dan bermain bola. Bahkan ia bisa bersepeda kian ke mari di carport, saat sebuah mobil dan sebuah motor yang dimiliki keluarga ini sedang tidak parkir di dalamnya. Tingkah bocah yang lincah ini menjadi hiburan tersendiri bagi Dino dan Anita. Kegiatan santai sore, apalagi sambil memandangi sang buyung bermain, pasti menjadi lebih berarti.

Makna teras tak berhenti di situ saja bagi keluarga muda ini. Ruang tamu seolah pindah ke teras, karena untuk urusan yang formal, teras ideal menjadi area penerima tamu. Bagi kerabat dan teman dekat, teras tetap menjadi tempat yang nyaman untuk berbincang. Jalan di perumahan yang luas, serta taman terawat menajdi pemandangan saat duduk di muka rumah.

Sayangnya, itu belum dapat dilakukan di rumah mereka yang sekarang ini. Rumah mereka kebetulan menghadap barat, di mana matahari justru bersinar dengan kerasnya saat sore. Panas dan silau senantiasa mengganggu. Padahal Karena itulah, keluarga muda ini ingin merenovasi tampak depan rumahnya agar kegiatan-kegiatan di atas dapat dilakukan dengan nyaman.

Tak hanya itu, mereka pun ingin agar wajah baru rumah mereka dapat membantu penghematan energi yang sudah giat dilakukan pasangan ini beberapa tahun yang lalu. Penerangan alami dan mengalirnya udara segar ke dalam rumah mutlak disyaratkan saat ada perubahan apa pun pada rumah ini. Yang tak kalah penting, sebagai pasangan yang berprofesi sebagai pekerja seni, Dino dan Anita ingin agar lewat tampilan muka rumahnya tampil beda dari rumah-rumah lainnya.

DATA TAPAK

1. Lokasi di Cluster La Guardia, Perumahan Permata Puri Media, Puri Kembangan, Jakarta Barat.
2. Lokasi tapak terletak di perumahan, di mana bentuk dan ukuran rumah seragam, baik di depan, kanan, kiri, dan belakang tapak.

3. Ukuran lahan 7,00 m x 18,00 m.
4. Lebar jalan depan 7 m

5. Tinggi bangunan dan tinggi bangunan sekitar 12 m (2 lantai, dari permukaan tanah ke puncak atap).

6. Garis Sempadan Bangunan = 4 m.

7. Koefisien Dasar Bangunan = 50

8. Rumah menghadap ke arah Barat.

9. Suhu rata-rata bulanan
a. Suhu rata-rata = 27 ° C.
b. Suhu maksimum = 34 ° C.
c. Suhu minimum = 24 ° C.

10. Kelembaban rata-rata bulanan
a. Trimester 1 = 82%.
b. Trimester 2 = 79%.
c. Trimester 3 = 73%.
d. Trimester 4 = 76%.

11. Kecepatan angin bulanan = 3 Knot.

12. Spesifikasi bangunan asli

a. Pondasi: batu kali dan beton bertulang

b. Dinding: batu bata press, diplester dan diaci

c. Finishing: cat

d. Atap: rangka baja ringan

e. Kusen: aluminiu/kayu kamper

f. Pintu utama: kayu kamper solid

g. Plafon: gipsum

h. Carport: rabat beton

Foto-foto dari site, dapat ditemukan di halaman Foto Lokasi Tapak.

ASPEK PENILAIAN

– Inovasi desain, dengan tetap mempertimbangkan estetika dan memberikan solusi terhadap kondisi yang ada, mencakup:

– peranan desain muka dalam menciptakan kenyamanan ruang-ruang dalam

– pengolahan material bangunan yang tersedia

– Kesesuaian desain bangunan dengan lingkungan sekitar, termasuk lingkungan alam (iklim, cuaca) dan kondisi sosial budaya masyarakat.

– Presentasi hasil karya di hadapan juri (khusus untuk finalis).

PENDAFTARAN

– Pendaftaran hanya melalui e-mail sayembara@tabloidrumah.com dengan menyertakan nama, universitas, Nomor Induk Mahasiswa (NIM), telepon/handphone, alamat lengkap dan e-mail.

– Pendaftaran ini tidak dipungut biaya (gratis).

PENYAJIAN

1. Karya disimpan dalam bentuk CD, yang berisi:

– File identitas diri dalam format TXT yang meliputi nama lengkap, salinan kartu mahasiswa, salinan KTP, alamat lengkap, dan nomor telepon/handphone, dan alamat e-mail.

– Penyajian karya berupa satu halaman file PDF, berukuran A1 (594 mm x 841 mm), berformat landscape/horizontal, berukuran maksimal 1 MB, yang memuat:

– Konsep desain maksimal 200 kata yang ditulis dalam font Arial ukuran 14 dan ukuran 24 khusus untuk judul.

– Rencana tapak (skala 1:100)

– Tampak depan (skala 1:50)

– Detail desain inovatif yang diunggulkan (skala 1:20 dan perspektif)

– Perspektif eksterior dan massa bangunan

– Perspektif interior yang berbatasan dengan tampak depan

– RAB (Rencana Anggaran Biaya)

– File asli setiap gambar yang disimpan dalam folder tersendiri. Setiap gambar disimpan dalam format JPG, berukuran A4 (210 mm x 297 mm), resolusi 300 dpi.

2. Data peserta TIDAK dicantumkan ke dalam format PDF.

3. CD dimasukkan ke dalam amplop tertutup dan dikirim ke:

Sdri. Dian Evitani (Sekretariat Redaksi Tabloid RUMAH)

Jl. Raya Panjang No. 8A

Unit 1, Lt. 2

Kebon Jeruk, Jakarta 11530

Telp: (021) 5330150, 5330170

Ext. 33810, 33811, 33812

PENYERAHAN DOKUMEN

Dokumen harus sampai ke alamat redaksi paling lambat tanggal 31 Desember 2009 (cap pos).

JURI

– Sukendro Sukendar (arsitek)

– Fransisca Wungu (redaksi Tabloid RUMAH)

MEKANISME PENJURIAN

– Penjurian dilakukan dalam beberapa tahap:

– Pemilihan 20 nomine

– Pemilihan 5 finalis

– Presentasi 5 finalis di hadapan juri untuk menentukan pemenang

– Karya-karya nomine, finalis, dan pemenang akan diumumkan di Tabloid RUMAH.

– Pemenang Karya Favorit Pembaca dipilih dari 20 nomine melalui sms yang dikirim oleh pembaca Tabloid RUMAH.

HADIAH DAN PENGHARGAAN

– Pemenang I, akan mendapatkan uang sebesar Rp 10 juta, plakat, dan piagam

– Pemenang II, akan mendapatkan uang sebesar Rp 7,5 juta, plakat, dan piagam

– Pemenang III, akan mendapatkan uang sebesar Rp 5 juta, plakat, dan piagam

– Dua pemenang harapan masing-masing akan mendapatkan uang sebesar Rp 2,5 juta, plakat, dan piagam

– Pemenang Favorit Pembaca, akan mendapatkan uang sebesar Rp 2 juta

Keterangan lebih lengkap dapat didownload pada TOR Sayembara RUMAH 2009.

6.11.09

arsitek "arsitekstrud"

masih awam untuk mengkritik karya para arsitek... banyak kajian dan analisa yang muncul melalui proses yang panjang hingga menghasilkan sebuah karya yang benar-benar bermutu hingga bisa dikaji dari berbagai sudut pandang. kadang inspirasipun bisa muncul tiba-tiba hingga menyebutnya mukjizat. dan adapula sekedar segera cepat dalam menghasilkan sebuah karya arsitektur.
lepas dari runtutan penemuan desain, disini hanya sedikit mengusik ketidak cocokan pribadi tentang beberapa desain yang dalam pandangan sendiri menyebut dengan istilah "arsitekstrud" yaitu sebuah karya arsitektur yang terlihat mempermudah bukan mudah. biarkan arsitekstrud ada dalam setiap persepsi masing-masing. bagaimana mengolah setiap karya arsitektur bukan arsitekstrud. masih belajar bukan bermaksud menghindari arsitekstrud tapi lebih ke meng owah-owah arsitektur hingga tak bisa disebut sebagai arsitek arsitekstrud.

arsitektur ibarat wanita.....

arsitektur disini mempunyai pengertian bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu bangunan dilihat dari beberapa aspek, sehingga menimbulkan dampak/ efek bagi penggunanya. Berbicara sebagian karya arsitektur melalui rumah.

Arsitektur ibarat wanita, sok mengi’barat’-i’barat’kan, padahal saya sendiri adalah orang timur, kenapa ga itimur (jangan bilang terdengar aneh, karena aneh terwujud dari ketidakbiasaan seperti halnya orang kaya yang tak terbiasa dengan naik bajaj akan terasa aneh, begitu pula orang dibawah kaya, tak terbiasa naik mercy dia akan merasa aneh). apa karena dahulu penggunaan istilah, pemajasan, penyamaan berawal dari barat. he, sekedar layaknya anak kecil yang berlari lari sebentar tanpa tujuan.
Pengaruh dari pengalaman pribadi… tentang memaknai kearsitekturan dan memaknai kewanitaan. Dan keduanyapun dibilang masih tahu setetes dari aliran sungai bengawan solo. (sedikit lebay).

Ketika mengamati rumah yang kebanyakan dimiliki orang-orang kaya dengan bermegah-megahan, mempercantik dengan setiap detailnya, yang menghabiskan ratusan juta bahkan milyaran rupiah untuk hunianya, dengan ruang yang sebegitu luasnya. Apakah penghuni terpikir untuk memonggokan kaum kecil, memberikan nikmat apa yang dia punya…. Orang kecil tersebut akan merasakan canggung bahkan takut ga patut untuk masuk didalamnya. tak tercermin jiwa kesosialanya untuk saling berbagi, terlalu menonjol keprivasianya ditambah dengan pagar menjulang tinggi yang tertutup, seakan dipagar tersebut tertulis, orang kaya silahkan masuk, kaum kecil dilarang masuk. Dari segi penggunaanyapun terasa mubadzir, menyia-nyiakan ruang, terlalu berboros-borosan, apalagi berbicara tentang hemat energi, penggunaan ac dan lampu berlebihan karena besarnya volume ruang. Ditambah juga penggunaan material full marmer, menjadikan rumah yang super duper mahal, pengaruhnya tak sebanding dengan efek kemahalanya. Karya arsitektur seperti ini meng ibaratkan wanita yang hidupnya hanya mempercantik diri, bermewah-mewahan, tingkat ke-duniaan yang tinggi. Lebih suka ke mall daripada ke panti asuhan, lebih suka berbelanja daripada beribadah. Terlalu sibuk dengan kecantikan yang tampak dari mata. Astaghfirullah…. Jangan biarkan karya arsitektur seperti ini menghiasi arsitektur Indonesia, dan jangan biarkan pula wanita seperti ini memenuhi Indonesia.

Selanjutnya ketika mengamati sebagian rumah dengan keramahanya, keterbukaanya, adanya pengalaman ruang dalam setiap sudutnya, seolah semua terencana bukan untuk dirinya tapi lingkungan sekitarnya. Respon yang baik dari isu global warming dengan konsep green-nya, respon dari wacana arsitektur Indonesia dengan kelokalanya. Setiap sisi yang digarap rumah tersebut perlu pemikiran yang jelas, untuk menyejahterkan penghuninya dan lingkunganya, memberikan kebaikanya, fasade terbentuk dari jiwanya bukan karena raga sebenarnya.
Ibarat wanita solehah yang selalu menghiasi jiwanya dengan mengamalkan perbuatanya untuk sekitar, dengan patokan-patokan yang jelas dari qur’an dan hadits, tampak jelas pantulan iner beautynya karena kecantikan hatinya.
Keuntungan yang besar untuk arsitektur Indonesia karena masih banyak para arsitek yang seperti ini, sebagai contoh eko prawoto dengan kelokalanya, adi purnomo dengan green nya, Edwin nafarin dengan kehorean wong kerenya, Julio julianto dengan ketropisanya, andra matin dengan unfinishingnya, yu sing dengan rumah rakyatnya, ridwan kamil dengan urban planingnya dan masih banyak arsitek lain.

Bagaimana dengan saya sendiri, siapa yang akan mendampingi saya. biarkan proses dan waktu yang menjawabnya…. Tentang ke-arsitektur-an dan tentang ke-wanita-an.