arsitektur disini mempunyai pengertian bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu bangunan dilihat dari beberapa aspek, sehingga menimbulkan dampak/ efek bagi penggunanya. Berbicara sebagian karya arsitektur melalui rumah.
Arsitektur ibarat wanita, sok mengi’barat’-i’barat’kan, padahal saya sendiri adalah orang timur, kenapa ga itimur (jangan bilang terdengar aneh, karena aneh terwujud dari ketidakbiasaan seperti halnya orang kaya yang tak terbiasa dengan naik bajaj akan terasa aneh, begitu pula orang dibawah kaya, tak terbiasa naik mercy dia akan merasa aneh). apa karena dahulu penggunaan istilah, pemajasan, penyamaan berawal dari barat. he, sekedar layaknya anak kecil yang berlari lari sebentar tanpa tujuan.
Pengaruh dari pengalaman pribadi… tentang memaknai kearsitekturan dan memaknai kewanitaan. Dan keduanyapun dibilang masih tahu setetes dari aliran sungai bengawan solo. (sedikit lebay).
Ketika mengamati rumah yang kebanyakan dimiliki orang-orang kaya dengan bermegah-megahan, mempercantik dengan setiap detailnya, yang menghabiskan ratusan juta bahkan milyaran rupiah untuk hunianya, dengan ruang yang sebegitu luasnya. Apakah penghuni terpikir untuk memonggokan kaum kecil, memberikan nikmat apa yang dia punya…. Orang kecil tersebut akan merasakan canggung bahkan takut ga patut untuk masuk didalamnya. tak tercermin jiwa kesosialanya untuk saling berbagi, terlalu menonjol keprivasianya ditambah dengan pagar menjulang tinggi yang tertutup, seakan dipagar tersebut tertulis, orang kaya silahkan masuk, kaum kecil dilarang masuk. Dari segi penggunaanyapun terasa mubadzir, menyia-nyiakan ruang, terlalu berboros-borosan, apalagi berbicara tentang hemat energi, penggunaan ac dan lampu berlebihan karena besarnya volume ruang. Ditambah juga penggunaan material full marmer, menjadikan rumah yang super duper mahal, pengaruhnya tak sebanding dengan efek kemahalanya. Karya arsitektur seperti ini meng ibaratkan wanita yang hidupnya hanya mempercantik diri, bermewah-mewahan, tingkat ke-duniaan yang tinggi. Lebih suka ke mall daripada ke panti asuhan, lebih suka berbelanja daripada beribadah. Terlalu sibuk dengan kecantikan yang tampak dari mata. Astaghfirullah…. Jangan biarkan karya arsitektur seperti ini menghiasi arsitektur Indonesia, dan jangan biarkan pula wanita seperti ini memenuhi Indonesia.
Selanjutnya ketika mengamati sebagian rumah dengan keramahanya, keterbukaanya, adanya pengalaman ruang dalam setiap sudutnya, seolah semua terencana bukan untuk dirinya tapi lingkungan sekitarnya. Respon yang baik dari isu global warming dengan konsep green-nya, respon dari wacana arsitektur Indonesia dengan kelokalanya. Setiap sisi yang digarap rumah tersebut perlu pemikiran yang jelas, untuk menyejahterkan penghuninya dan lingkunganya, memberikan kebaikanya, fasade terbentuk dari jiwanya bukan karena raga sebenarnya.
Ibarat wanita solehah yang selalu menghiasi jiwanya dengan mengamalkan perbuatanya untuk sekitar, dengan patokan-patokan yang jelas dari qur’an dan hadits, tampak jelas pantulan iner beautynya karena kecantikan hatinya.
Keuntungan yang besar untuk arsitektur Indonesia karena masih banyak para arsitek yang seperti ini, sebagai contoh eko prawoto dengan kelokalanya, adi purnomo dengan green nya, Edwin nafarin dengan kehorean wong kerenya, Julio julianto dengan ketropisanya, andra matin dengan unfinishingnya, yu sing dengan rumah rakyatnya, ridwan kamil dengan urban planingnya dan masih banyak arsitek lain.
Bagaimana dengan saya sendiri, siapa yang akan mendampingi saya. biarkan proses dan waktu yang menjawabnya…. Tentang ke-arsitektur-an dan tentang ke-wanita-an.
Arsitektur ibarat wanita, sok mengi’barat’-i’barat’kan, padahal saya sendiri adalah orang timur, kenapa ga itimur (jangan bilang terdengar aneh, karena aneh terwujud dari ketidakbiasaan seperti halnya orang kaya yang tak terbiasa dengan naik bajaj akan terasa aneh, begitu pula orang dibawah kaya, tak terbiasa naik mercy dia akan merasa aneh). apa karena dahulu penggunaan istilah, pemajasan, penyamaan berawal dari barat. he, sekedar layaknya anak kecil yang berlari lari sebentar tanpa tujuan.
Pengaruh dari pengalaman pribadi… tentang memaknai kearsitekturan dan memaknai kewanitaan. Dan keduanyapun dibilang masih tahu setetes dari aliran sungai bengawan solo. (sedikit lebay).
Ketika mengamati rumah yang kebanyakan dimiliki orang-orang kaya dengan bermegah-megahan, mempercantik dengan setiap detailnya, yang menghabiskan ratusan juta bahkan milyaran rupiah untuk hunianya, dengan ruang yang sebegitu luasnya. Apakah penghuni terpikir untuk memonggokan kaum kecil, memberikan nikmat apa yang dia punya…. Orang kecil tersebut akan merasakan canggung bahkan takut ga patut untuk masuk didalamnya. tak tercermin jiwa kesosialanya untuk saling berbagi, terlalu menonjol keprivasianya ditambah dengan pagar menjulang tinggi yang tertutup, seakan dipagar tersebut tertulis, orang kaya silahkan masuk, kaum kecil dilarang masuk. Dari segi penggunaanyapun terasa mubadzir, menyia-nyiakan ruang, terlalu berboros-borosan, apalagi berbicara tentang hemat energi, penggunaan ac dan lampu berlebihan karena besarnya volume ruang. Ditambah juga penggunaan material full marmer, menjadikan rumah yang super duper mahal, pengaruhnya tak sebanding dengan efek kemahalanya. Karya arsitektur seperti ini meng ibaratkan wanita yang hidupnya hanya mempercantik diri, bermewah-mewahan, tingkat ke-duniaan yang tinggi. Lebih suka ke mall daripada ke panti asuhan, lebih suka berbelanja daripada beribadah. Terlalu sibuk dengan kecantikan yang tampak dari mata. Astaghfirullah…. Jangan biarkan karya arsitektur seperti ini menghiasi arsitektur Indonesia, dan jangan biarkan pula wanita seperti ini memenuhi Indonesia.
Selanjutnya ketika mengamati sebagian rumah dengan keramahanya, keterbukaanya, adanya pengalaman ruang dalam setiap sudutnya, seolah semua terencana bukan untuk dirinya tapi lingkungan sekitarnya. Respon yang baik dari isu global warming dengan konsep green-nya, respon dari wacana arsitektur Indonesia dengan kelokalanya. Setiap sisi yang digarap rumah tersebut perlu pemikiran yang jelas, untuk menyejahterkan penghuninya dan lingkunganya, memberikan kebaikanya, fasade terbentuk dari jiwanya bukan karena raga sebenarnya.
Ibarat wanita solehah yang selalu menghiasi jiwanya dengan mengamalkan perbuatanya untuk sekitar, dengan patokan-patokan yang jelas dari qur’an dan hadits, tampak jelas pantulan iner beautynya karena kecantikan hatinya.
Keuntungan yang besar untuk arsitektur Indonesia karena masih banyak para arsitek yang seperti ini, sebagai contoh eko prawoto dengan kelokalanya, adi purnomo dengan green nya, Edwin nafarin dengan kehorean wong kerenya, Julio julianto dengan ketropisanya, andra matin dengan unfinishingnya, yu sing dengan rumah rakyatnya, ridwan kamil dengan urban planingnya dan masih banyak arsitek lain.
Bagaimana dengan saya sendiri, siapa yang akan mendampingi saya. biarkan proses dan waktu yang menjawabnya…. Tentang ke-arsitektur-an dan tentang ke-wanita-an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar