Kampung Layur
Pengertian kampung melayu menurut Abdullah Salim, seorang dosen dari Universitas Sultan Agung Semarang, menyatakan bahwa Kampung Melayu berkembang sekitar awal abad 17 bersamaan dengan kedatangan orang – orang Banjar (Kalimantan), Samudra Pasai, Gujarat dan Arab Selatan untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam ke Jawa. Sebutan Kampung Melayu muncul karena penduduknya menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan dan pemersatu.
Koridor Layur adalah sebuah ruas jalan di Kampung Melayu Semarang yang dibentuk oleh dua deretan ruko Pecinan dan gerbang-gerbang masuk rumah saudagar Arab dan berfungsi sebagai koridor perdagangan. Letak Koridor Layur menjadi strategis dikarenakan tepat berada di pinggir Kali Semarang dan merupakan awal mula dari terbentuknya kampung-kampung lain yang ada di Kampung Melayu Semarang. Keberadaan Koridor Layur muncul sekitar awal abad 16 M akibat dari efek pingpong dua kutub magnet aktivitas yaitu Pasar Ngilir di sebelah Utara dan Kompleks Benteng Belanda yang berbenruk bintang di seberang Kali Semarang sebelah Selatan.
Pada tahun 1875 M pemerintahan Hindia Belanda membuka Kanal Baru sebagai jalur baru pelayaran yang berbentuk lurus menggantikan jalur Kali Semarang yang berkelok-kelok. Pembukaan Kanal Baru semakin menguatkan fungsi Koridor Layur sebagai koridor perdagangan dikarenakan ujung pertemuan antara Kali Semarang dan Kanal Baru tepat berada di ujung Utara (discberang Pasar Ngilir) Koridor Layur. Keunikan yang terjadi di Koridor Layur adalah bertemunya dua etnik disepanjang tersebut, yaitu etnik Arab dan etnik Cina. Pertemuan dua etnik ini ditandai secara fisik berupa landmark yang berbentuk Mesjid Menara dibangun tahun 1802 M dan Klenteng Dewa Bumi dibangun tahun 1900 M. Selain itu keberadaan rumah-rumah saudagar Arab yang berada dibelakang deretan ruko pecinan juga mempunyai keunikan pada terbentuknya tata ruang dan bangunan pada Koridor Layur tersebut.
Keberadaan Koridor Layur pada saat ini yaitu abad 20 M sangat memprihatinkan, terlihat kumuh, dan rawan kriminalitas. Banyak bangunan ruko pecinan yang tidak berfungsi, rusak dan runtuh sedangkan gerbang rumah saudagar Arab ada beberapa yang sudah tidak berfungsi karena sudah tidak terdapat rumah saudagar Arab lagi. Permasalahan yang muncul dikarenakan beberapa faktor dan aspek dalam kaitanya dengan perkembangan Kota Semarang. Keberadaan koridorperdagangan seperti Koridor Layur di Semarang sudah mulai luntur karena sudah digantikan dengan gedung-gedung yang dilengkapi fasilitas modem dan memberikan kenyamanan bagi pengunjungnya terhadap pengaruh alam seperti hujan dan panas matahari. Usaha untuk menggali dan mendiskripsikan proses perkembangan Koridor Layur di Kampung Melayu Semarang, dilakukan pengkajian arsitek-tural dengan melakukan pendekatan urban, history dan morfologi.
Penelitian bersifat eksploratif, analisis penelitian mengarah pada proses perkembangan Koridor Layur. Pembahasan koridor Layur dititik beratkan pada morfologi koridor tersebut yang berkaitan dengan aspek arsitektural dan sosio kultural. Temuan yang didapat adalah morfologi Koridor Layur, dipeloleh dari kronologi sejarah perkembangan Koridor Layur dengan menggunakan peninjau dari abad ke abad. Morfologi Koridor Layur akan bennanfaat bagi penentuan aktifitas yang akan dimunculkan guna menghidupkan kembali Koridor Layur. Secara keseluruhan morfologi yang erjadi di Koridor Layur disebabkan oleh aktivitas yang terjadi di sepanjang Kali Semarang dan memunculkan adanya komunikasi keruangan atau shearing space antara etnik Arab dan etnik Cina sehingga keduanya saling mendukung dalam melakukan aktivitasnya disepanjang koridor tersebut. perubahan aktivitas yang terjadi di sepanjang Kali Semarang akan mempengaruhi morfologi Koridor Layur, selain itu dari komunikasi keruang atau shearing space tersebut memunculkan ciri tersendiri terhadap tata ruang dan bangunannya.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran penyebab awal terbentuknya Koridor Layur serta potensi yang ada, dalam upaya pengembangan Koridor Layur guna meningkatkan kualitas lingkungannya. Hasil penelitian ini diharapkan pula bisa menjadi acuan bagi pemerintah, swasta atau masyarakat bahwa pentingnya perhatian dan perawatan artefak-artefak perkotaan di Semarang. Konsep wisata historis bisa dijadikan sa]ah satu sarana untuk melestarikan artefak-artefak , perkotaan guna menanjang terciptanya identitas kota Semarang.
Sosial Budaya Kampung Layur
Di sisi arsitektur, nilai kearifan lokal tercermin dengan arsitektur yang lentur dan adaptif terhadap budaya yaitu dengan terjadinya akulturasi dalam pola perubahan desain rumah etnik-etnik di kampung Melayu Semarang yang memiliki kecenderungan bentuk baru dengan makna lama, dimana pada beberapa bagian bangunan terdapat bentuk baru dalam pengertian unsur lama yang diperbaharui, sehingga terjadi intepretasi baru terhadap bentuk lama yang pada dasarnya tetap berakar dan kebudayaan masing-masing etnik di kampung Melayu Semarang. Jadi terjadi semacam negosiasi antara unsur lama dengan unsur baru ataupun unsur lain.
Bangunan Bersejarah di Kampung Layur
Masjid Layur
Masjid Layur, salah satu masjid tua di Semarang yang masih kokoh berdiri terletak di jalan Layur Kampung Melayu. Lokasinya cukup mudah dijangkau, dari arah pasar Johar ikuti jalur putar yang menuju arah kantor pos atau arah stasiun Tawang, dari rel kereta api di depan Jalan Layur, menara Masjid Layur sudah kelihatan kokoh menjulang tinggi. Dinamakan Kampung Melayu karena pada tahun 1743 sebagian besar orang yang mendiami kawasan tersebut adalah orang-orang ras Melayu.Pada masa tersebut di kampung ini terdapat tempat untuk mendarat kapal dan perahu yang membawa barang dagangan, sehingga tidak mengherankan kalau ada bagian yang dinamakan pula Melayu Dara. Lokasinya yang sangat strategis mengundang orang untuk berdiam di situ pula. Dicatat bahwa orang-orang dari Arab kemudian menempati kampung tersebut.
Dilihat dari luar, masjid Layur menyimpan banyak sejarah masa lalu daerah sekitar masjid dan Semarang pada umumnya. Dari segi bangunan, masjid Layur termasuk salah satu masjid yang unik, masjid ini dikelilingi tembok tinggi dengan menara khas Timur Tengah berada di depan, di samping pintu masuk. Bangunan utama masjid sendiri bergaya khas Jawa dengan atap masjid susun tiga, ornamen-ornamen dinding terlihat unik dan indah. Lantai bangunan dibuat seperti rumah gadang dan hanya dapat dicapai dengan tangga yang terdapat pada sisi muka. Pondasi dari batu yang memikul struktur kerangka kayu. Masjid ini dilihat dari gaya arsitekturnya merupakan percampuran dari tiga budaya yaitu Jawa, Melayu dan Arab dengan sentuhan keindahan oleh para pembuatnya.
Walaupun sudah dimakan usia namun masjid ini masih kokoh dan masih digunakan oleh masyarakat sekitar untuk beribadah. Sampai sekarang masjid ini masih terus dirawat oleh yayasan masjid setempat sebagai upaya pelestarian sejarah dan sebagai masjid tua kebanggaan Kota Semarang. Secara menyeluruh masjid Layur masih asli seperti pertama kali dibuat, hanya ada sedikit perbaikan seperti penggantian genteng dan penambahan ruang untuk pengelola pada sisi kanan kompleks masjid. (loenpia.net)
Toponim Blok-blok di Kampung Layur
Blok - blok permukiman di Kampung Melayu terjadi karena adanya proses pengelompokan sosial, berdasarkan pada kekerabatan dan identitas etnik penghuninya.
Dalam perkembangannya muncul toponim blok - blok permukiman untuk menunjukkan tempat bermukim mereka secara spesifik, dan juga menunjukkan keberadaan tempat (space)tersebut pada suatu lingkungan binaan tertentu. Munculnya toponim (nama) blok permukiman di Kampung Melayu berdasarkan fenomena pada waktu itu. Misalnya muncul sebutan "spesifik" karena kondisi topografinya (pohon, rawa, sungai, daratan), asal - usul penduduknya (Banjar, Pecinan, Cirebonan), dan adanya peristiwa penting pada kawasan tersebut (Kampung Geni, Kampung Baru).
Kondisi Kampung Melayu Saat ini
Etnik Melayu yang tinggal di kampung Melayu masih dapat ditemui di Kampung Pencikan dan Kampung Kali Cilik. Bangunan arsitektural murni Melayu sudah jarang ditemui karena umumnya sudah ditinggalkan pemiliknya atau diubah dengan bentuk / style yang lain. Di Kampung Kali Cilik masih terdapat satu rumah yang merupakan style bangunan Melayu yang ditinggali oleh padagang berlian yang bernama bapak Khairul Amman yang berasal dari etnik Banjar. Style rumah melayu menunjukkan percampuran style Melayu, Banjar dan kolonial Belanda. Sampai saat ini kondisi rumah masih terlihat terawat dengan baik.
Tema : Menggali pesona Kampung Layur· Judul : Balai Perkumpulan Warga Kampung Layur
· Kriteria Peserta
1. Peserta merupakan mahasiswa berstatus SI/D3 dari Perguruan TInggi Negri / Swasta
2. Peserta terdiri dari individu / kelompok maksimal 3 orang dengan ketentuan :
- Tiap kelompok, mahasiswa diijinkan terdiri dari mahasiswa yang satu jurusan maupun berbeda jurusan.
· Ketentuan Pendaftaran
1. Peserta mengisi formulir pendaftaran yang bisa di download melalui web
2. Biaya pendaftaran sebesar Rp 50.000,00
3. Pembayaran dilakukan melalui transfer uang ke rekening BCA a.n Grace Amelia Gunawan 8030103301
4. Formulir pendaftaran dan Form Pernyataan dilengkapi dengan KTM (scan) dan scan bukti transfer uang dikirimkan ke panitia selambat-lambatnya 31 Agustus 2011 pukul 00.00 melalui email ke graceamelia92@yahoo.co.id
5. Peserta yang sudah mentransfer uang dan tidak melakukan ketentuan pada no.3 dianggap mengundurkan diri dan uang menjadi hak panitia.
· TOR yang dapat di download melalui web
1. Konsep rancangan bangunan maksimal 2 lantai
2. Peta CAD daerah kampung layur
3. Ketentuan bangunan
- Lahan berada di tapak bentuk persegi panjang dengan dimensi 25x8m
- Lahan terletak di daerah Urban, di Jalan Mujair
- Iklim :
Jumlah Curah hujan : 177m/th
Jumlah hari dengan curah hujan terbanyak :2 hari
Suhu minimum : 27°C dan suhu maksimum : 34°C
- Bangunan dibatasi dengan ketentuan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) = 60% Dan KLB (Koefisien Luas Banguan ) = ,,,% dengan ketentuan maksimal 2 lantai (dan PERDA (adobe reader))
- Sifat tanah yang ada datar dan tidak keras (sering terkena banjir dan rob)
- Bangunan berfungsi sebagai Balai tempat berkumpul para warga kampung Melayu
- Estimasi biaya maksimum biaya :
Dengan ketentuan peserta harus mampu membuat Rencana Anggaran Bangunan untuk bangunan tersebut, harga yang digunakan merupakan harga wajar dan berlaku untk saat ini di pasaran.
4. Aspek penilaian
- Kenyamanan dan kesehatan pengguna
Desain balai yang merupakan fasiltas sosial untuk tempat berkumpulnya para warga untuk musyafarah atau sebagainya yang ada diharapkan memenuhi kenyamanan dan kesehatan pengguna. Penggunanya tak lain ialah warga kampung layur sendiri.
- Ekonomi
Desain balai menggunakan anggaran biaya yang masuk akal. Maksudnya, apabila desain bangunan balai nantinya akan dipakai untuk diadakan pembangunan balai tersebut anggaran yang benar-benar sesuai atau mendekati sesuai dengan perekonomian warga kampung layur.
- Estetika
Selain memperhatikan factor ekonomi untuk perencanaan sebuah bangunan balai di kampng layur, faktor estetika/keindahan dalam desain balai juga diperhatikan. Estetika bangunan yang baik dan menunjukkan bahwa bangunan itu merupakan bangunan sosial akan lebih memberikan dampak positif kepada warga kampung layur untuk ke depannya
- Struktur pada konstruksi bangunan dan bahan bangunan
Pemilihan struktur bangunan yang tepat juga menjadi prioritas dalam penilaian. Bangunan balai tentunya diharapkan menjadi bangunan yang kokoh dan dapat menyesuaikan terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di kampung layur. Pemilihan bahan bangunan yang tepat juga menjadi aspek penilaian. Karena tentunya berbeda dalam perencanaan bangunan di daerah yang tidak terkena rob dan terkena rob
- Konsumsi energi dan limbah yang dihasilkan
Sebuah bangunan tentunya menggunakan energy dan menghasilkan limbah. Dalam desain bangunan balai diharapkan bangunan mampu merespon hal-hal tersebut dengan menerapkan bangunan yang hemat energy dan dapat menanggulangi permasalahan limbah yang muncul dalam bangunan tersebut, semisal menggunakan teknik recycle/daur ulang terhadap sampah yang diasilkan atau sebagainya
- Penyelesaian terhadap permasalahan eksisting
Permasalahan lingkungan spt : rob, banjir, dekat rel kereta api, dsb diharapkan dapat diatasi dalam desain balai di kampng layur. Penyelesaian terhadap permasalahan-permasalahan eksisting yang ada tersebut diharapkan terlihat dan diterapkan dalam desain balai.
· Ketentuan Produk yang diminta
1. Konsep Bangunan 1 halaman (A4)
2. Peta situasi (A3, Skala 1 : 100)
3. Tampak bangunan sebanyak 4 buah (A3, Skala 1: 100)
4. Denah per lantai (A3, Skala 1 : 100)
5. Potongan bangunan sebanyak 4 buah (A3, Skala 1 : 50)
6. Detail konstruksi bangunan 1 buah (A3, Skala 1 : 20)
7. Perspektif Eksterior 1 buah (A3)
8. Perspektif Interior 1 buah (A3)
* teknik penyajian hasil karya, semua gambar dibuat dengan menggunakan AutoCad kecuali konsep bangunan, perspektif ekterior dan perspektif interior.
*pengumpulan karya 22 Agustus - 16 September meliputi :
- Softcopy (cd) mencangkup semua ketentuan produk
- Hardcopy mencangkup semua ketentuan produk
* karya dimasukkan ke dalam 1 amplop besar dan dikirim ke Unika.
· Persyaratan- Persyaratan
1. Anggaran biaya maksimal 1 m2 Rp 2.500.000,00
2. Masalah eksisting yang terjadi :
- Banjir
- Rob
- Berada di dekat rel kereta api.
3. Peraturan daerah
4. Desain merupakan karya asli peserta. Peserta wajib mengisi surat keterangan kepemilikan karya dengan diperkuat tanda tangan dan materai 6000 rupiah.
5. Karya sepenuhnya menjadi hak milik panitia dan panitia tidak bertanggung jawab atas tindakan hukum yang terjadi.
6. Keputusan dewan juri dan panitia bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat
7. Panitia tidak melayami pertanyaan/surat menyurat
· Jadwal Kegiatan
- Pendaftaran : 5 Agustus – 31 Agustus 2011
- Pembayaran : 5 Agustus – 31 Agustus 2011
- Pengumpulan dan pengiriman produk : 22 Agustus – 16 September 2011
- Penjurian : 19 September 2011
- Diskusi dengan warga :25 September 2011
selengkapnya klik termasuk tor serta data yang perlu di download :
sayembara layur 2011